Al-Mujaadalah (58) : 8 (Blok: 8-11)
Tidakkah engkau memerhatikan (wahai Muhammad) akan orang-orang (Yahudi) yang telah dilarang daripada perbuatan berbisik-bisik, kemudian mereka berbalik melakukan perbuatan yang telah dilarang itu serta mereka berbisik-bisik berkenaan dengan melakukan dosa dan pencerobohan serta kederhakaan kepada Rasulullah? Dan lagi apabila mereka datang kepadamu, mereka memberi salam hormat bukan dengan lafaz salam hormat yang diberikan Allah kepadamu; dan mereka berkata sesama sendiri: "(Kalau benar Muhammad utusan Tuhan, maka) sepatutnya kami diseksa oleh Allah disebabkan (kata-kata buruk) yang kami ucapkan itu?" Cukuplah untuk mereka neraka Jahannam, yang mereka akan dibakar di dalamnya; maka itulah seburuk-buruk tempat kembali.
ASBAB 1
Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim, dari Muqatil bahawasanya antara Rasulullah dan orang-orang Yahudi telah terjalin perjanjian damai. Suatu hari seorang sahabat lewat di hadapan kaum Yahudi yang sedang duduk. Mereka saling berbisik sehingga sahabat itu menyangka bahawa mereka berencana akan berbuat jahat kepadanya. Lalu Rasulullah melarang mereka berbisik-bisik. Maka turunlah ayat 8 ini. Diriwayatkan Imam Ahmad, Al-Bazar dan At-Thabrani dengan sanad yang bagus, dari Abdullah bin Amr "Beberapa orang Yahudi menemui Rasulullah. Mereka mengucapkan 'As sam alaika (semoga kebinasaan menimpamu), wahai Abu Al-Qasim."' Aku langsung menjawab 'As sam alaikum (semoga kebinasaan menimpa kalian) dan Allah pasti melakukan itu terhadap kalian.'" Maka dari itu, turunlah ayat 8 ini. Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Qatadah bahawa orang-orang munafik saling berbisik. Perbuatan itu membuat orang-orang mukmin tidak senang dan tersinggung. Maka dari itu, turunlah ayat 10 ini. Diriwayatkan Ibnu Jarir, dari Qatadah "Jika segolongan orang mukmin melihat orang yang akan menuju ke arah mereka, mereka tidak enggan untuk bergeser dari tempat duduk yang dekat dengan Rasulullah." Maka dari itu, turunlah ayat 11 ini.
Rujukan: Lubabun Nuqul Fi Asbabun Nuzul: Riwayat Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. (Imam Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman As Sayuti)