Al-Hadid (57) : 16
Belum sampaikah lagi masanya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran Allah serta mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan janganlah pula mereka menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Kitab sebelum mereka, setelah orang-orang itu melalui masa yang lanjut maka hati mereka menjadi keras, dan banyak di antaranya orang-orang yang fasik - derhaka.
TAFSIR 1
Allah menjelaskan salah satu sifat orang mukmin iaitu khusyuk dalam berzikir kepada Allah. Begitu juga ketika mendengarAl-Quran, mereka merenungkannya dan mematuhinya. Ibnu Mas'ud berkata, "Belumlah lama rentang waktu keislaman kami dari turunnya ayat (Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah). Kira-kira selang empat tahun. Nasa'i juga menceritakan riwayat ini ketika menafsirkan ayat di atas. Makna firman Allah (Dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras) Allah melarang orang mukmin berperilaku seperti orang-orang sebelumnya iaitu Yahudi dan Nasrani. Telah diturunkan kitab kepada mereka namun setelah berjalan lama mereka melupakan petunjuk yang ada dalam kitab tersebut. Bahkan mereka mengganti isi kitab sesuai dengan keinginan mereka, mengagungkan pendeta-pendeta mereka sebagai pengganti dari Allah. Dalam keadaan demikian maka hati mereka menjadi keras dan tidak akan menerima nasihat dan tidak takut dengan ancaman di akhirat nanti. (Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik). Amal perbuatan mereka hanyalah kebatilan.
Rujukan: 1999: 900 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Dalam ayat (BeIum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka)) Allah menegur orang-orang mukmin dengan firman-Nya, "Belumkah datang kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya untuk tunduk, patuh hati mereka dalam mengingat Allah." Sehingga hati-hati mereka patuh kepada-Nya dan patuh ketika datang kebenaran kepadanya, kebenaran di sini adalah Al-Quran yang Allah turunkan kepada rasul-Nya saw. (Dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu). Maksudnya Allah mengingatkan kembali agar jangan bertindak seperti apa yang dilakukan oleh Bani Israil iaitu orang-orang yang diturunkan kepada mereka kitab taurat dan Injil. Diriwayatkan dari Ibrahim, ia berkata ltris bin Urqub datang kepada Ibnu Mas'ud dan berkata, "Wahai Abdullah celakalah bagi siapa yang tidak menyuruh kepada kebaikan dan tidak melarang kemungkaran." Abdullah berkata, "Celakalah bagi seseorang yang hatinya tidak dapat mengenali sebuah kebaikan dan hatinya tidak mengingkari kemungkaran. Sesungguhnya, Bani Israil ketika dipanjangkan waktu kepada mereka dan hati-hati mereka menjadi keras, mereka membuat sebuah kitab, yang sesuai dengan hawa nafsu hati mereka dan yang sesuai dengan lisan mereka. Mereka berkata,"Kami menunjuk kan kepada Bani Israil kitab ini, maka barang siapa yang beriman kepada kitab itu maka kami akan meninggalkannya dan barang siapa yang mengingkarinya maka kami akan membunuhnya." la berkata "Seseorang meletakkan kitab Allah pada sebuah pedang." Ketika dikatakan kepadanya, "Apakah kamu beriman kepada kitab Allah ini?" la berkata "Saya beriman kepadanya." Seraya mengisyaratkan kepada pedang yang terdapat padanya, "Apakah alasan saya untuk tidak beriman kepada kitab ini!" Maka sebaik-baiknya ajaran mereka pada saat itu adalah ajaran pemilik pedang tersebut (Ibnu Katsir, 47). Maksud ayat (Kemudian mereka melalui masa yang Panjang) dipanjangkan waktu antara mereka dan Musa a.s (Sehingga hati mereka menjadi keras dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik). Ketika Allah memanjangkan waktu kepada mereka hati mereka pun menjadi keras untuk menerima kebaikan dan mereka pun tenggelam dalam kemaksiatan kepada Allah. Allah menyebutkan bahawa kebanyakan dari ahli kitab sebelum umat Muhammad saw adalah orang-orang fasik.
Rujukan: 2001: 412-415 (Tafsir al-Tabari)