Ali-Imran (3) : 179
Allah tidak sekali-kali akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan yang kamu ada seorang (bercampur aduk mukmin dan munafik, bahkan Ia tetap menguji kamu) sehingga Ia memisahkan yang buruk (munafik) daripada yang baik (beriman). Dan Allah tidak sekali-kali akan memperlihatkan kepada kamu perkara-perkara yang Ghaib akan tetapi Allah memilih dari RasulNya sesiapa yang dikehendakiNya (untuk memperlihatkan kepadanya perkara-perkara yang Ghaib). Oleh itu berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasulNya; dan kamu beriman dan bertaqwa, maka kamu akan beroleh pahala yang besar.
TAFSIR 1
Perang Uhud menyisakan Iuka mendalam bagi Rasulullah saw. Setelah beberapa pengikutnya membelot kerana terkena provokasi Abdullah bin Ubay. Perang ini pun berakhir tragis kerana pasukan muslim dipukul mundur oleh pasukan kafir. Sekitar sepertiga pasukan Rasulullah saw membelot dan memilih mundur bersama Abdullah bin Ubai sehingga hanya tersisa sekitar tujuh ratus orang, padahal pasukan kafir berjumlah lebih dari tiga ribu orang. Meski begitu, keyakinan kepada Allah membuat pasukan muslim maju terus pantang mundur. Ketika pasukan yang tersisa memetik kemenangan pada separuh pertama, datang cubaan Iain berupa banyaknya harta rampasan perang yang didapat. Hal ini membuat pasukan pemanah yang posisinya berada di atas gunung bergerak ke bawah untuk ikut serta merayakan kemenangan dan menikmati harta rampasan tersebut. Meski Rasulullah saw sudah menginstruksikan mereka agar tidak meninggalkan tempat, mereka tidak peduli. Bencana pun datang. Melihat keadaan tersebut, pasukan kafir dengan cerdik mengambil alih posisi di atas gunung sehingga dengan leluasa mereka menyerang pasukan muslim. Allah swt menjelaskan bahawa pengkhianatan kaum munafik merupakan perbuatan terkutuk yang dilaknat oleh Allah swt. Dalam ayat ini Allah swt juga ingin menunjukkan hikmah di sebalik kejadian tersebut, iaitu tampak perbezaan yang jelas antara orang yang benar-benar beriman kepada Rasulullah dan orang yang masih setengah hati mengikuti beliau. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat (Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membezakan yang buruk dari yang baik). Menurut Mujahid, Perang Uhud semakin mempertegas status keimanan kaum muslimin, sementara menurut Qatadah, perjuangan mereka di jalan agama menjadi pembeza akan keimanan mereka.
Rujukan: 1999: 209-210 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Maksud ayat (Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini) yakni tercampurnya orang yang beriman dengan orang munafik sehingga tidak dapat dikenali mana yang beriman dan mana munafik. Maksud ayat (Sehingga Dia membezakan yang buruk dari yang baik) iaitu sampai dipisahkan mana yang munafik dan mana yang mukmin. Pemisahan itu dengan cara menguji mereka, sebagaimana dipisahkannya mereka pada hari Uhud di saat berhadapan dengan musuh. Maksud ayat berikutnya adalah Allah tidak akan memperlihatkan gerak hati hamba-Nya sehingga orang mukmin bisa mengetahui mana yang munafik dan mana yang kafir. Akan tetapi, Allah memilah mereka dengan ujian dan cobaan sebagaimana memilah mereka dengan keterpurukan dihari Uhud serta dengan berjihad melawan musuh dan cara-cara lain yang serupa dengan ujian ini. Sehingga mereka dapat dikenal mana yang mukmin, kafir dan munafik. Hanya saja Allah menyebutkan bahawa la akan memilih di antara rasul yang dikehendaki-Nya sehingga diperlihatkan-Nya berupa gerak hati sebahagian mereka dengan memberinya wahyu dan risalah-Nya. Maksud ayat terakhir adalah jika kamu membenarkan orang yang Aku pilih dari Rasul-Ku dengan ilmu-Ku dan Aku perlihatkan kepadanya siapa saja orang-orang munafik di antara kalian "dan bertakwa" kepada Tuhan kalian, dengan mentaati apa yang Aku perintahkan dan apa yang Aku larang melalui Nabi kalian Muhammad saw. Maka atas keimanan dan ketaqwaan kalian ada pahala yang besar.
Rujukan: 2001: 262-266 (Tafsir al-Tabari)