Qaaf (50) : 3 (Blok: 1-5)
Adakah (kita akan kembali hidup) sesudah kita mati dan menjadi tanah? Itu adalah cara kembali yang jauh (dari kemungkinan, kerana jasad yang telah hancur tidak dapat diketahui lagi).
TAFSIR
Firman Allah (Demi Al-Quran yang mulia) iaitu sumpah demi kitab suci yang mulia. Jawapan dari sumpah tersebut adalah isi ayat berikutnya, bentuknya penegasan akan kebenaran kenabian Rasulullah saw dan penegasan akan adanya hari pembalasan. Allah swt kemudian menjelaskan keheranan orang-orang terhadap hari pembalasan. Menurut mereka, hari tersebut sangat jauh dari kenyataan. Hal itu disebutkan dalam firman-Nya (Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi tanah (akan kembali lagi)? ltu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin). Mereka berkeyakinan kembalinya mereka seperti sedia kala setelah meninggal dunia mustahil terjadi, Allah pun membantah perkataan mereka melalui firman-Nya (Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan Bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik). Menukil pendapat Ibnu Abbas r.a, Al-Aufi menyatakan bahawa maksud dari ayat (Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan Bumi dari (tubuh) mereka) adalah anggota tubuh manusia yang dimakan oleh tanah, meliputi daging, bulu, tulang dan rambut. Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dhahhak mengungkapkan pendapat senada. Lebih lanjut, Allah swt menerangkan sebab-sebab kekufuran dan keras kepala mereka itu melalui firman-Nya (Bahkan mereka telah mendustakan kebenaran ketika (kebenaran itu) datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau bilau)
Rujukan: 1999: 855 (Tafsir Ibn Katsir)