Saba’ (34) : 19
(Maka kamakmuran dan kemudahan itu menjadikan mereka sombong dan kufur) lalu berkata: "Wahai Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami (di antara sebuah bandar dengan yang lain)", dan mereka berlaku zalim kepada diri mereka sendiri; lalu Kami jadikan (kisah perbuatan derhaka) mereka: buah mulut orang ramai, serta kami pecah belahkan mereka berkecai-kecai. Sesungguhnya kisah mereka yang tersebut mengandungi tanda-tanda (yang besar pengajarannya bagi tiap-tiap seorang (mukmin) yang sentiasa bersikap sabar, lagi sentiasa bersyukur.
TAFSIR 1
Mereka mengatakan hal itu kerana mengingkari nikmat, sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas, Mujahid, Hassan dan lainnya. Mereka lebih senang dengan padang pasir dan gurun serta perjalanan yang penuh terik matahari dan ancaman. Maksud firman Allah (Maka Kami jadikan mereka bahan pembicaraan dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya) adalah Kami jadikan kaum tersebut bahan pembicaraan manusia dan bahan percakapan mereka pada malam hari. Bagaimana Allah membuat makar kepada mereka dan mencerai-beraikan persatuan mereka setelah mereka hidup gilang-gemilang dalam satu ikatan dan mencapai kehidupan yang menyenangkan sehingga mereka tercerai-berai dan mengungsi ke berbagai negeri mana pun. Oleh sebab itu, bangsa Arab mengatakan jika ada suatu kaum yang terpecah "Tafarraqu aidi Saba wa 'ayadi Saba, wa tafarraqu syadzara madzara" (Terpecah-belahlah kekuatan Saba dan kelompok Saba dan terpecahlah mereka, tercerai-berai dan terpisah-pisah). Maksud firman Allah (Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur) adalah sesungguhnya pada seksaan, azab, digantinya nikmat dan lenyapnya kekuatan yang dialami oleh kaum tersebut sebagai hukuman atas kekufuran dan dosa yang mereka perbuat, terdapat pelajaran dan petunjuk bagi setiap hamba yang bersabar atas segala musibah dan hamba yang bersyukur atas segala nikmat-Nya.
Rujukan: 1999: 885 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Ayat (Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami) ini sebagai tanda bahawa mereka mengingkari nikmat Allah dan kebaikannya kepada mereka, juga sebagai tanda kebodohan mereka akan besarnya nilai kenikmatan. Allah mengabulkan doa mereka, seperti Dia mengabulkan orang-orang yang mengatakan "Ya Allah, jika betul (Al-Quran) ini, Dialah yang benar dari Sisi Engkau, Maka hujanilah Kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada Kami azab yang pedih." (QS Al-Anfal, 8: 32) Maksud ayat (Dan (bererti mereka) menzalimi diri mereka sendiri) dengan melakukan perbuatan yang membuat Allah murka kepada mereka iaitu berupa perbuatan maksiat yang menyebabkan mereka layak mendapatkan seksaan Allah. Maksud (Maka Kami jadikan mereka bahan pembicaraan) menjadikan pembicaraan orang-orang, yang mana mereka menjadikan kisah mereka itu sebagai ungkapan dari kecerai-beraian sehingga muncul ungkapan "Satu kaum telah bercerai-berai seperti tangan-tangan Saba" yang ditujukan kepada kaum yang terpecah-belah. Maksud ayat (Dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya) Kami cerai-beraikan mereka ke berbagai negeri. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Qatadah bahawa Amir Asy-Sya'bi berkata "Kaum Ghassan menempati Syam, Kaum Anshar di Yatsrib, Kaum Khuza'ah di Tihamah dan Kaum Azad di Oman." Maksud (Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur) pada penghancuran mereka itu terdapat nasihat dan keterangan tentang hak Allah yang menjadi kewajipan hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat-nikmatnya yang telah diberikan kepadanya dan kewajipan seorang hamba untuk bersabar ketika ditimpa ujian.
Rujukan: 2001: 218-219 (Tafsir al-Tabari)