Ar-Rum (30) : 30 (Blok: 30-33)
(Setelah jelas kesesatan syirik itu) maka hadapkanlah dirimu (engkau dan pengikut-pengikutmu, wahai Muhammad) ke arah ugama yang jauh dari kesesatan; (turutlah terus) ugama Allah, iaitu ugama yang Allah menciptakan manusia (dengan keadaan bersedia dari semulajadinya) untuk menerimanya; tidaklah patut ada sebarang perubahan pada ciptaan Allah itu; itulah ugama yang betul lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
TAFSIR
Allah swt menegaskan, pada saat manusia berada dalam kondisi mendesak, mereka berdoa kepada Allah Tuhan yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Sementara pada saat Allah melimpahkan nikmat kepada mereka, sekelompok dari mereka yang berada dalam kondisi tidak mendesak, menyekutukan Allah dan selain menyembah Allah, mereka menyembah sembahan yang lain. Allah swt berfirman (Biarkan mereka mengingkari rahmat yang telah Kami berikan)) kemudian Allah berjanji kepada mereka (Maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)) Allah lalu berfirman mengingkari orang-orang musyrik dalam perkara yang mereka perselisihkan berupa menyembah selain Allah tanpa landasan, hujjah dan dalil. (Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan) yakni hujjah. Adapun kata bererti mengatakan (Apa yang (selalu) mereka persekutukan dengan Tuhan) Pertanyaan ini merupakan istifham inkari yakni bertanya untuk mengingkari. Ayat tersebut hendak menegaskan bahawa mereka tidak mendapatkan apa yang disebutkan di dalam ayat tersebut. Allah kemudian berfirman (Dan apabila Kami berikan sesuatu rahmat kepada manusia nescaya mereka gembira dengan (rahmat) itu. Tetapi apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) kerana kesalahan mereka sendiri, seketika itu mereka berputus asa) Ayat ini sebagai pengingkaran kepada manusia, yang mana mereka tidak ditimpa demikian kecuali orang yang mendapat penjagaan dan diberikan taufik oleh Allah swt kerana sesungguhnya manusia ketika mendapatkan nikmat, mereka sombong, membanggakan dirinya sendiri terhadap orang lain. Namun ketika mereka ditimpa kesulitan, mereka putus asa dan putus harapan.
Rujukan: 1999: 839 (Tafsir Ibn Katsir)