Al-Anbiyaa’ (21) : 83
Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani".
TAFSIR 1
Allah swt menyebutkan kisah Ayub a.s beserta musibah yang menimpanya dalam harta, anak dan tubuhnya. Pada mulanya, Allah swt mengurniakannya haiwan peliharaan yang banyak, anak yang banyak dan kediaman yang permai. Kemudian Allah memberinya ujian dalam seluruh nikmat yang pernah Dia berikan sehingga hilang seluruhnya. Yang terakhir, Allah mengujinya dengan penyakit, ada yang mengatakan bahawa penyakitnya itu semacam kudis di sekujur tubuhnya sehingga tidak ada bahagian tubuhnya yang masih sihat kecuali hati dan lisannya. Tidak ada lagi orang yang mendekati, apalagi melayaninya selain isterinya. Dialah yang mengatur dan menjalankan seluruh urusan Ayub a.s. Isterinya terpaksa bekerja menjadi buruh masyarakat, demi menafkahi hidupnya selain juga untuk Ayub a.s. Rasulullah saw bersabda, "Manusia yang paling banyak diuji adalah para nabi kemudian orang-orang soleh kemudian orang yang utama kemudian di bawahnya lagi dan seterusnya. " (HR Thabrani) Nabi Ayub a.s adalah sosok yang amat sabar sebab itu ia sering dijadikan panutan dalam menghadapi cubaan hidup. Yazid bin Masirah menuturkan ketika Nabi Ayub a.s diuji Allah dengan pergi dan lenyapnya keluarga, harta dan keturunan sehingga ia tidak memiliki apa-apa lagi. Dia terus memperbanyak dan terus meningkatkan zikir kepada Allah.
Rujukan: 1999: 697 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Allah telah memilih Ayub bin Amwas sebagai rasul, melapangkan dunianya dan memberinya keluarga serta harta yang banyak. Kemudian Allah mengujinya dengan kematian anak-anaknya akibat rumahnya runtuh, kehilangan harta dan menderita sakit fisik selama 18 tahun ketika ia berusia 70 tahun. Kemudian Allah memberinya anak-anak yang jumlah mereka berlipatganda dari sebelumnya dan melenyapkan penyakit yang dideritanya. Pada ayat ini, dijelaskan berita tentang Ayub ketika dia berdoa pada waktu dia sedang diuji dengan penyakit seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit sedangkan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." Dalam doanya, Nabi Ayub menggambarkan dirinya dengan sesuatu yang kerananya dia berhak mendapat kasih sayang dan menyifati Tuhan dengan Maha Penyayang tanpa menyebutkan dengan terang-terangan apa yang dimintanya. Hal ini menunjukkan bahawa Allah Maha Mengetahui tentang keadaannya.
Rujukan: 2001: 333-365 (Tafsir al-Tabari)