Al-Kahfi (18) : 23
Dan janganlah engkau berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): "Bahawa aku akan lakukan yang demikian itu, kemudian nanti".
Al-Kahfi (18) : 23 (Blok: 23-24)
Dan janganlah engkau berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): "Bahawa aku akan lakukan yang demikian itu, kemudian nanti".
TAFSIR 1
Allah memberi pelajaran kepada rasuI-Nya adab yang baik ketika mengucapkan azam adalah dengan mengatakan insya Allah (bila Allah berkehendak), menggantungkan kepastian sama dengan peristiwa yang akan datang kepada Pemilik alam yang Maha Tahu hal ghaib, mulai dari yang pernah berlaku, yang sedang dan akan berlaku pada waktu mendatang. Diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda "Nabi Sulaiman bin Dawud a.s pernah berkata, 'Malam ini aku pasti akan meniduri isteri dan dayang-dayangku sebanyak tujuh puluh wanita (dalam suatu riwayat dikatakan jumlah mereka adalah sembilan puluh wanita dan riwayat yang lain seratus wanita) lalu malaikat berkata kepadanya, 'Katakanlah insya Allah' Namun, Nabi Sulaiman tidak mengatakannya. Kemudian, ia meniduri seluruh wanita tadi tetapi tidak ada yang menghasilkan anak kecuali dari seorang wanita, melahirkan anak dengan wujud separuh manusia. (Rasul bersabda) 'Bila saja ketika itu dia berkata insya Allah maka tentulah Nabi Sulaiman tidak dikatakan melanggar perkataannya dan terpenuhilah hajatnya (melahirkan anak sebanyak isteri dan dayang yang digaulinya).' Firman Allah (Dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada mengajarkan jika seorang muslim ditanya sesuatu yang tidak diketahuinya, tanyakanlah kepada Allah swt dan mohon ditunjukkan jawapan pada-Nya, semoga Dia berkenan menuntunnya menuju jalan yang lurus dan paling benar.
Rujukan: 1999: 636 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Ayat ini merupakan pendidikan dari Allah swt kepada Nabi-Nya, Muhammad saw, yang menegaskan kepadanya untuk tidak memastikan apa yang akan terjadi dari berbagai urusan seolah-olah itu pasti terjadi dan tidak akan pernah meleset selain bahawa semua itu bisa terjadi hanya dengan kehendak Allah swt kerana suatu perkara tidak terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Ditegaskan demikian kepada Nabi Muhammad saw kerana beliau menjanjikan si penanya seputar tiga permasalahan yang kami singgung sebelumnya, salah satunya adalah seputar penghuni gua, bahawa beliau akan menjawab pertanyaan mereka besok harinya, tanpa terkecuali. Namun, wahyu itu ternyata tertahan sehingga lima belas hari sehingga beliau menjadi sedih dengan keterlambatan itu. Allah swt kemudian menurunkan wahyu kepadanya dan menjawab persoalan itu sekaligus mengajarkan kepada Nabi-Nya sebab tertahannya wahyu. Dia mengajarkan kepadanya apa yang mesti beliau lakukan terhadap janji-janjinya terutama mengenai berbagai persoalan yang belum ada wahyu dari-Nya. Allah swt berfirman (Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan) wahai Muhammad, tentang suatu perkara (Aku pasti melakukan itu besok pagi) Sebagaimana yang kamu katakan kepada mereka yang bertanya seputar penghuni gua atau dalam berbagai persoalan yang mereka tanyakan kepadamu dengan berkata, "Aku pasti akan memberitahukan kepada kalian besok pagi kecuali (dengan menyebut), 'Insya Allah."'
Rujukan: 2001: 223-228 (Tafsir al-Tabari)