Al-A’raaf (7) : 107 (Blok: 105-108)
Nabi Musa pun mencampakkan tongkatnya, maka tiba-tiba tongkatnya itu menjadi seekor ular yang jelas nyata.
TAFSIR
Pada rangkaian ayat ini, Allah swt menceritakan perdebatan antara Musa dan Firaun serta bagaimana usaha Musa memberikan bukti-bukti dengan menunjukkan tanda-tanda kerasulannya di hadapan Firaun dan kaumnya, orang-orang Koptik Mesir. Allah menjelaskan pada ayat sebelumnya bahawa Musa berkata, (Wahai Firaun! Sungguh, aku adalah seorang utusan dari Tuhan seluruh alam) iaitu aku diutus oleh Pencipta segala sesuatu Tuhannya dan Rajanya. (Aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah) iaitu merupakan kewajiban dan keharusan bagiku untuk tidak menyampaikan sesuatu kecuali yang benar dan dapat dipercaya kerana aku telah mengetahui keagungan dan kebesaran-Nya. (Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu) iaitu dengan bukti-bukti yang nyata dari Allah, kami berikan kepada kalian tanda-tanda akan kebenaranku tentang apa-apa yang aku sampaikan. (Maka lepaskanlah bani Israel (pergi) bersamaku) iaitu lepaskan mereka dari penjara dan kekanganmu serta biarkan mereka menyembah Tuhanmu dan Tuhan mereka, sesungguhnya mereka berasal dari keturunan orang yang mulia, Israel. Dia adalah Yaakub bin Ishaq bin Ibrahim Al-Khalil. Kemudian Allah swt menjelaskan respond Firaun, ((Dia (Firaun) menjawab, Jika benar engkau membawa sesuatu bukti maka tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar) yakni Firaun berkata "Aku tidak percaya atas apa yang kamu katakan dan aku tidak akan patuh dengan apa-apa yang kamu perintahkan. Kalau kamu memiliki bukti-bukti yang jelas maka tunjukkanlah kepada kami agar kami bisa melihat apakah kamu benar-benar jujur atas kenabianmu." (LaIu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya. Dan dia mengeluarkan tangannya, tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatNya) Inilah dakwah Musa a.s seorang nabi yang amanah, jujur dan berani kepada Firaun, penguasa zalim, sombong dan derhaka kepada Tuhan.
Rujukan: 1999: 394 (Tafsir Ibn Katsir)